Banyaknya pendapat yang menyatakan setiap pergantian menteri akan membawa pergantian kurikulum dianggap oleh Wakil Presiden RI Yusuf Kalla sebagai suatu hal yang wajar.
"Banyak yang mempertanyakan setiap menteri merubah kurikulum, sebenarnya itu adalah kewajaran, tetapi asal jangan terlalu sering, tentu ada masanya," kata Kalla dalam sambutannya di Hotel Grand Sahid Jaya, Jakarta Pusat (12/10/2016).
Ia mengatakan bahwa perubahan kurikulum penting untuk mengejar ketertinggalan pendidikan di Indonesia dari negara lain. Perubahan kurikulum dengan kajian yang benar dapat menyesuaikan sistem pendidikan dengan kebutuhan masyarakat pada era mendatang.
"Indonesia sudah punya sekitar 30an menteri pendidikan. Semua menteri ini punya latar belakang berbeda-beda. Tak jarang, latar belakang ini mempengaruhi kebijakan kurikulum yang dibawa seorang menteri." paparnya.
Kalla mencontohkan ketika Nugroho Notosutanto (Mendikbud era Presiden Suharto) yang berlatar belakang pendidikan ilmu sejarah memasukkan materi pelajaran sejarah dalam kurikulum pendidikan dasar. Begitu pula perubahan kurikulum yang terjadi pada beberapa menteri yang punya latar belakang pendidikan lain, seperti filsafat dan humaniora.
Menurutnya, perubahan-perubahan yang dilakukan oleh menteri terhadap kurikulum pendidikan di Indonesia penting dalam perkembangan pendidikan, asal tak berlebihan.
"Sekarang kurikulum 2015 perminatan matematika, ilmu alam, dan budaya, minat boleh pilih macam-macam. Ini semua tentu tidak salah. Tapi, kita harus bekerja serius penuhi kebutuhan waktu dan masa di mana kita butuhkan itu," pungkas Kalla.
Sumber: